Lima Cara Menggapai Rahmat Allah SWT
Sriwijaya Post – 17 April 2009 SETIDAKNYA ada lima aspek (cara) yang harus kita pahami secara benar dan untuk menggapai rahmatullah (rahmat Allah) agar selamat di dunia dan beruntung di akhirat: n Pertama, memahami landasan atau dasar hidup kita manusia yaitu tauhid. Maksud tauhid adalah meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa dan tiada serikat bagi-Nya, sebagaimana firman-Nya: “Ketahuilah bahwasanya tiada Tuhan Selain Allah.” Ini adalah hakekat kembali kepada fitrah yakni memiliki komitmen atau keterikatan yang kuat kepada Allah SWT dengan segala ajaran yang diturunkan-Nya. Ini juga merupakan wujud pokoh pengakuan seorang muslim kepada Allah SWT sebagai Tuhan satu-satunya. Dari sikap ini akan muncul sosok pribadi muslim yang kecintaannya kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Sejarah juga membuktikan bahwa orang yang bertauhid itu sangat loyal dan setia kepada Allah SWT. Bilal bin Rabah umpamanya, seorang budak yang begitu kuat loyalitasnya kepada Allah, meskipun ia harus mengalami penderitaan dan siksaan dari tuannya. Begitu juga dengan Yasir dan Sumayyah, pasangan suami-istri yang sama-sama sebagai budak, juga kuat loyalitasnya kepada Allah SWT, kendati harus mengorbankan nyawanya. n Kedua, agar dapat menggapai rahmat Allah SWT, kita harus memahami fungsi hidup manusia yaitu beribadah kepada-Nya, selaras dengan firman-Nya dalam QS Adz-Dzariyaat 56: “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Makna ibadah adalah suatu sistem pendekatan diri (taqorrub) kepada Allah SWT dengan cara menjalankan perintah dan menghindari segala larangan-Nya. Ibadah ada yang bersifat umum dan ada pula bersifat khusus. Yang bersifat umum adalah amalan atau aktivitas hidup yang diizinkan Allah mengerjakannya, apapun wujudnya. Contohnya bekerja sebagai petani, pedagang, buruh, karyawan, guru, militer dan lainnya dengan cara yang halal serta dikerjakan dengan niat lillahi ta’ala. Sedangkan ibadah yang bersifat khusus adalah bentuk ibadah yang telah ditentukan Allah SWT dan Rasul-Nya, seperti shalat, shoum, haji dan sebagainya. Kedua ibadah ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena ibadah khusus itu adalah ruhnya dari ibadah umum. n Ketiga, guna menggapai rahmat Allah SWT, kita harus tahu dan memahami tugas-tugas manusia yaitu sebagai khalifah fil ardhi, sebagai penguasa dan pemimpin di muka bumi. Sesuai firman-Nya dalam QS Al-B aqarah 30 : “… dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan sesorang khalidah di muka bumi….” Kalimat khalifah fil ardhi dalam Al-Quran dapat kita artikan bahwa pemimpin bangsa, dari yang tertinggi sampai terendah di dunia seharusnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Lebih-lebih pada masa seperti sekarang ini, keadaan ekonomi umat negeri kita semakin hari semakin menderita baik karena ulah manusia maupun akibat bencana alam. Tugas pemimpinlah yang harus mengendalikannya. n Keempat, setelah kita paham akan dasar hidup, fungsi dan tugas hidup, hendaknya kita mengetahui dan memahami pedoman hidup manusia. Menjelang wafatnya, ketika menyampaikan khotbah wada’, Rasulullah SAW berwasiat kepada umat manusia: “Sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian sesuatu yang sekiranya kalian berpegang teguh dengannya niscaya kalian tidak akan sesat selama-lamanya, suatu urusan yang terang dan nyata yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” n Kelima, atau yang terakhir agar bisa menggapai rahmat Allah SWT, kita harus tahu tujuan hidup yaitu menggapai keridhaan-Nya. Kalau ini yang menjadi cita-cita dan tujuan kita hidup, insya Allah kita akan mendapat ketentraman, ketenangan dan kedamaian hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Masalah apapun yang kita alami dan hadapi, insya Allah akan ada jalan keluarnya. Akhirnya mari kita memohon bersama kepada Allah, agar kita tetap optimis dalam memandang masa depan, walaupun kehidupan kita penuh dengan penderitaan.